illustrasi |
Di awal tahun 2000-an saya baru pertama kali punya "hand phone" mereknya Sony Ericson, tipenya lupa lagi, yang jelas bisa dilipat. Harganya juga cukup lumayan jika dibanding dengan jenis serupa saat ini. Lumayan keren, maklum di kampungku, ketika itu belum ada yang punya. Oh iya, saya lupa ketika itu sudah ada yang saya lihat menggunakan alat canggih ini. Kalau lagi ngebel atau menerima bel dia mondar-mandir, bolak balik, ternyata untuk mendapatkan sinyal yang bagus. Om Bintang namanya, seorang fotografer yang juga wartawan.
Buat apa punya handphone ? Begitu komentar tetanggaku.. Buat saya sangat bermanfaat, meski saat itu alat canggih itu cuma digunakan untuk saling sapa jarak jauh atau menyampaikan informasi yang dianggap penting diantara kawan, kenalan atau teman sekantor. Selain itu kita bisa menulis "surat singkat" dengan alat ini. Namanya SMS (Short Massage System). Tak lebih dari itu.
Waktupun berlalu dengan membawa perkembangan teknologi informasi yang kian canggih. Di tahun menjelang 2010 an (kalau tidak salah) fungsi handphone menjadi kebutuhan hampir setiap orang apalagi ketika fungsinya semakin komplek dengan hadirnya system android yang sering disebut sebagai smartphone. System ini mengubah cara berkomunikasi bukan hanya terbatas pada ngobrol atau SMSan tapi pengguna bisa menerima berbagai informasi melalui jaringan internet. Melalui jaringan itu kita bisa berkomunikasi melalui tulisan (chatting), gambar atau vidio. Kita bisa mencari informasi melalui akun google. Kita juga bisa mencari hiburan dengan main "game". Kita juga bisa berkomunikasi melalui jejaring sosial (face book, whats ap, IMO , twitter dan lainnya.). Melalui jaejaring ini kita bisa berkenalan dengan siapapun, dimanapun tanpa batas. Percakapan yang "privat" bisa sembunyi-sembunyi di "massanger". Dengan kata lain apapun yang kita mau bisa didapatkan disana.
Sudah bisa dipastikan, bahwa dengan begitu bebasnya mendapatkan akses maka bukan hanya informasi positif yang didapatkan, malah yang menjadi kekhawatiran adalah begitu mudahnya mendapatkan sesuatu yang tidak baik dan jorok. Katakanlah , gambar atau film-film porno. Sehingga begitu hebatnya lonjakan teknologi informasi melalui android menghasilkan daya untuk menembus hal-hal yang positip, di sisi lain menjerumuskan pemakai ke arah yang berpengaruh buruk, bagai pisau bermana dua.
Terlepas dari dua hal tersebut, nampaknya kita tidak bisa menghindari penggunaan alat ini, kecuali kita harus bisa "menaklukan" dengan memanfaatkannya pada hal-hal yang bermanfaat.