![]() |
Ilustrasi ; COVID 19 |
Pertanyaan
ini menggelitik membuat rasa penasaran. Banyak sudah tulisan tentang ini yang
mengutip pendapat dan analisa para pakar. Salah satunya “Mata Indonesia” mengemukakan pendapat seorang pakar bioteror,
Isroil Samiharjo, yang mengatakan bahwa penyebaran virus corona sudah
menyerupai sebuah perang proksi yang secara sengaja dilakukan oleh pihak
tertentu dengan merekayasa genetika virus yang sudah ada, untuk menyerang
lawan.
Isroil
mengatakan bahwa kasus wabah coronavirus memiliki pola penyebaran yang mirip
dengan penyebaran virus flu burung pada tahun 2008 lalu. Wabah virus Flu Burung
dapat diatasi setelah para pakar berhasil menciptakan vaksin anti virusnya.
Isroil
menduga bahwa virus corona yang memiliki nama resmi SARS CoV-2 itu merupakan
pengembangan dari virus SARS sebelumnya. Sampel virusnya sudah disimpan lama di
laboratorium, kemudian direkayasa genetic menggunakan teknologi tinggi dan
kemudian disebar.
Berbeda
dengan Isroil Samiharjo, sebagaimana
dikutip CNN Indonesia.com, Peneliti
bidang mikrobiologi LIPI Sugiyono Saputra mengatakan virus SARS-CoV-2 tidak
memiliki kesamaan gen dengan virus corona lain seperti flu, MERS hingga SARS
2002. "SARS-CoV-2
bukan merupakan hasil manipulasi laboratorium karena ada perbedaan pada
material genetik yang esensial untuk proses infeksi, yang tidak pernah
ditemukan pada virus corona," kata Sugiyono.
Sugiyono mengatakan terdapat perbedaan gen untuk proses penempelan (polybasic furin cleavage site) ke sel inang pada SARS-Cov-2 dengan virus corona yang lain.
Sugiyono menjelaskan virus buatan biasanya menduplikasi gen dari virus-virus corona menular lainnya. Oleh karena itu, Sugiyono mengatakan wabah virus SARS-CoV-2 terjadi secara alami atau sesuai dengan seleksi alam (natural selection).